LAKU ANGA PART 2

Holla readers, how’s your day? Hope it’s gonna be alright buds. But, if it’s not works, let me give you some ‘magic words’ to save your day hahahha (apaan sih)
Yup, buat para readers yang belum baca tulisan gue tentang Laku Anga part 1 monggo dibaca juga ya (baca disini laku anga part 1)
Well, kali ini gue bakal ngelanjutin trip gue di Tanah Marapu ini, still with my buddies, my schoolmates in senior high school a.k.a Gembel Ipaduers.

My Friends, My Adventures_Kiri-kanan (Any – Jesica – Rani – Mira – Ambu – Mada – Mas – Ade)

Tak kenal maka tak sayang. Nah sebelum gue ceritain tempat kece yang ada di Sumba, ada baiknya gue kenalin dulu para gembel yang selalu nemenin trip gue kemanapun (ya biar mereka juga ikut ngehits juga hahahah).

Here they are.
1. Ade, si cewek setrong. Biar badannya subur, jangan dianggap remeh, medan trip seberat Gunung Meja berhasil ditaklukkannya.
2. Mas, si cowok oke. Maksudnya dia kalo diajak kemana aja selalu jawabannya oke dan ga pernah malu biar ngetrip cuma dia cowok seorang.
3. Mada, si Mr. Reason. Kalo bikin rencana jalan bilangnya iya, tapi pas hari H biasanya ga ikut dengan 1001 alasan, tapi biar gitu kalo lagi emergency/butuh banget dan ditelpon dia bakal jadi orang pertama yg ada di TKP.
4. Ambu, si tukang ojek. Selalu ngeboncengin gue kemanapun gue pergi, tapi selalu menolak beradventure ke tempat-tempat ekstrim karena dia orangnya fislem (fisik lemah)
5. Rani, si penggemar selfie. Mau trip kemanapun pasti selalu selfie dan ada wajahnya di kamera manapun walaupun gayanya gitu-gitu aja
6. Jesica, si kaki kereta. Mau ngetrip kemanapan, kapanpun, dan dimanapun si cewek bertubuh mungil ini selalu say yes.
7. Hary, si raja bolang. Selalu ngasih info tempat-tempat trip yang baru dan asik, pokonya setiap akhir pekan dia selalu ngebolang kemanapun itu dengan ataupun tanpa gembels lainnya.
8. Nares, si bodyguard. Selalu setia menemani gembels kemanapun pergi dan selalu pasrah kalo di bully.
9. Irvan, si pengikut rame. Satu-satunya teman ngetrip gue yang beda kelas waktu SMA, tapi tetap nyambung dan selalu ngeramein suasana di setiap ngetrip. (Sayangnya dia udah dapat gawean di Jawa, but it’s ok, the trip must go on)
Yup itu dia, makhluk-makhluk yang namanya gembel ipaduers. Masih ada yang lain sih, tapi cuma mereka bersembilan ini yang sering satu kaki bareng gue buat laku anga.
Kalo katanya om Tim Cahill,


A journey is best measured in friends, rather than miles.


Kalo kata gue, ngebolang sendirian itu ga asik, mau tempatnya sekece apapun, kalo ga punya teman, ya all is nothing, buddy. Ok lanjut, trip yang bakal gue sharing kali ini ga sebanyak trip-trip yang sebelumnya, cuma 5 tempat doang (karena kendala waktu dan cuaca ekstrim) dan jaraknya ga terlalu jauh dari pusat kota.
Sebelum kita ngetrip ke tempat baru, ada baiknya kalo gue flashback dikit ke beberapa tempat yang udah gue ceritain di laku anga part 1. Karena keindahannya, gue sama para gembels sering bolak-balik main kesini.
Masih ingat sama tempat-tempat ini, readers?

LA2_2

Pantai Purukambera

Pemandian Kanatang

Pemandian Kanatang

Landasan Padadita

Landasan Padadita

Lihat apa yang gue temuin di Bendungan Lambanapu

Bendungan Kambaniru/Lambanapu (Dibaca, dipahami, dan dilakukan)

Nah sekarang baru kita beneran ngetrip. Let’s lakuanga berohhh yuhhuuuuuuuuu!

LA2_0

Let’s Ngetrip beroohhh!

1. BUKIT HAMBALA
Tempat kece yang satu ini, letaknya di pusat kota Waingapu yaitu di Hambala, dekat Kuburan Cina. Sebenarnya tempat ini biasa aja sih, buat yang suka travelling mungkin ga tertarik ke tempat ini. Tapi buat para readers yang menyukai alam dan fotografi, pasti bakal tertarik ke tempat ini. Nama bukit hambala ini juga, gue yang namain, simple aja sih karena letaknya di atas Bukit di Hambala. Tapi ada juga yang namain Bukit Kuburan Cina, ya karena letaknya emang di sebelah kuburan Cina. Whatever lah. Trus apa menariknya bukit ini?
Cekidot

Green view

Green view

Gimana buddy? Keren kan viewnya. Selain menunjukkan pemandangan mangrove di tengah kota bukit ini juga dihiasai rerumputan kuning khas savana dan juga eksotiknya Gunung Meja dari jauh. Keren bangetlah.

selfie is everywhere

selfie is everywhere

Another view in Hambala Hill, with the little girl

Another view in Hambala Hill, with the little girl

Ngomong-ngomong soal bukit, di Waingapu ini banyak bukit yang sering dijadiin para kawula muda sebagai tempat buat nongski, foto-foto, dan juga mopu (mopu = bahasa gaul anak waingapu yang artinya pacaran). Selain Bukit Hambala itu, ada juga Bukit Cinta di Kampung Baru, Bukit Persahabatan di Mauhau dan Bukit Bintang di Wangga (jadi ingat Bukit Bintang yang di Jogja ).

Our groufie in Love Hill

Our groufie in Love Hill

Ngeliat sunset dari bukit-bukit ini juga bisa banget. Puas liat pemandangannya, dapat foto kece juga. Kalau beruntung, bisa foto sambil naik kuda juga, ya kalo yang punya kuda ngijinin sih hahhahah.

Cuma berani pegang aja, kudanya liar sih

Cuma berani pegang aja, kudanya liar sih

Buat orang Sumba, bukit-bukit kayak begini mah udah biasa aja, soalnya tiap hari liat yang beginian. Tapi buat para readers yang di luar pulau Sumba, yang tiap hari bisanya ngeliat gedung-gedung pencakar langit, mungkin akan ngerasa waow banget kalo ngeliat pemandangan alami seperti di Sumba ini. So, tertarik ke Sumba?

A view from Km 16

A view from Km 16

2. SAVANA POSAL
Sumba, disebut juga sebagai Afrika nya Indonesia karena keindahan padang savananya. Ga Cuma bukit-bukit doang yang jadi daya tarik Pulau ini, keeksotisan padang savananya pun selalu menjadi magnet tersendiri bagi para pelancong. Nah salah satu tempat padang savana yang jaraknya cukup dekat dari kota adalah Savana yang ada di Posal, Kanatang. Kalo dari rumah gue sih makan waktu 15 menitanlah, tapi kalo dari pusat kota sekitar 5-10 menitan aja. Jalannya ini searah dengan Pantai Purukambera, jadi kalo mau ke pantai pasti melewati tempat ini. Jadi ceritanya, temen gue minta difotoin dengan latar bukit (no 4). Rencananya kami akan berangkat jam 3 sore biar ga terlalu sore dan masih dapetin latar langit birunya, eh teman-teman yang ditungguin yang pengen ikut juga, makin sore makin ilang kabarnya. Nah karena teman gue yang satu ini udah persiapan abis, akhirnya kita ubah rencana ke Kanatang buat nyari spot foto yang bagus. Dan ketemulah Padang Savana di pinggir jalan ini. That’s my story, buddy, how about you… loh kok jadi ngikutin iklan ini -_-

Hallo Savanna

Hallo Savanna

Mungkin karena tempat ini, jarang atau mungkin juga ga pernah dipake orang buat foto-foto, jadinya saat gue lagi fotoin teman gue, para penduduk sekitar yang melintasi jalan memandang kami dengan pandangan heran hahaha. Ternak penduduk seperti sapi dan kuda dilepasliar begitu saja di padang ini untuk memakan rerumputan savana. Kalo gue sih, tempat ini bagusnya buat hunting foto doang, ya bonusnya bisa lihat sunset yang indahlah di ufuk barat. Kalau buat nongski ga deh, soalnya hawa panas savana yang membakar kulit, bisa bikin kulit gue yang udah eksotik jadi makin eksotik (baca : item banget jadi gosong ) hahahah.

Aku dan Savana

Aku dan Savana

LA2_15

The girl behind the sunset

Buat yang pengen ke Afrika, daripada jauh-jauh dan ngabisin banyak rupiah, mending ke Sumba aja 😀

3. HUTAN CEMARA
Objek wisata yang satu ini terletak di desa Laipori, sekitar 30 menit dari pusat kota. Letaknya searah Pantai Walakiri (salah satu pantai eksotis Sumba yang dikelilingi pohon kelapa di sekitar tepi pantainya dan ada beberapa mangrove di tengah pantainya. Sunset di pantai ini jawara dah.

Best sunset from Walakiri (Foto diambil dari instagram Mira Lesmana @MirLes)

Best sunset from Walakiri (Foto diambil dari instagram Mira Lesmana @MirLes)

Terakhir ke pantai ini 6 tahun yang lalu, dan belum sempat mengunjunginya lagi, nanti ya readers, tunggu edisi laku anga berikutnya heheheh). Ada satu pemandangan kece yang bisa readers nikmati selama perjalan ke Laipori, yaitu adanya taman bunga alami yang tumbuh liar di sepanjang jalan. Cantik banget.

Ada yang tau nama bunga ini?

Ada yang tau nama bunga ini?

Hutan Cemara ini mulai dikenal luas oleh orang Waingapu dan juga para pejalan dari luar Sumba, setelah tempat ini dijadikan salah satu lokasi syuting film produksi MirLes, Pendekar Tongkat Emas, tahun lalu. Uniknya tempat ini karena ada danau di tengah-tengah cemara yang mengelilinginya yang diperindah dengan jembatan kayu.

A bridge to lagoon (Foto diambil dari instagram Mira Lesmana @MirLes)

A bridge to lagoon (Foto diambil dari instagram Mira Lesmana @MirLes)

Tapi sayang, saat gue dan para gembels kesana, bulan Februari lalu, jembatannya udah ga ada lagi, dan air di danaunya udah mengering. Tapi tetap aja, suasana adem hutan cemara bikin hati tetap ceria.

Danau yang kering

Danau yang kering

Tempat ini selain bagus buat rekreasi, refreshing, kegiatan outdoor, juga bagus buat tempat pengambilan gambar baik yang mau prewed atau yang suka fotografi (tetep ya). Buat syuting video klip juga boleh *ngodeyangdisana

Hijaber in nature

Hijaber in nature

Enaknya ngetrip kesini tuh, tempatnya dekat pantai, jadi setelah refreshing di ademnya hutan cemara ini, kita bisa langsung cus ke Pantai Walakiri. Oh iya kalo ke tempat ini, jangan lupa bawa masker ya, soalnya karena dekat pantai, tanahnya yang bercampur pasir kalo dilalui kendaraan bermotor bakal langsung bikin abunya naik sampai batuk-batuk. Jangan lupa readers, kemanapun kita pergi, keamanan dan keselamatan kita adalah hal yang utama… So, keep safety first, buddy

4. BUKIT WAIRINDING
Ini dia salah satu tempat wisata di pulau sumba yang kece badai. Yup bukit Wairinding. Keeksotisannya mulai mendunia juga sejak tempat ini dijadikan lokasi syuting Pendekar Tongkat Emas, dan juga karena the power of social media. Kenapa gue bilang mendunia, karena para pengunjungnya tidak hanya dari luar pulau saja, tapi ada juga yang dari luar negeri. Ditambah lagi beberapa acara travelling di Tv swasta yang mengeksplore keindahan bukit ini. Gimana ga bikin para traveller jadi mupeng kalo lihat puluhan bukit hijau berbaris rapi dan dipisahkan oleh sebuah lembah??

Jajaran Seribu Bukit

Jajaran Seribu Bukit

Cantik banget kan bukitnya, makin cantik lagi pas munculnya sunset yang perlahan menghilang di balik bukit. Moment kayak gini ni, ga bisa readers gantiin dengan apapun juga…

Sunset from Wairinding (Foto diambil dari instagram Mira Lesmana @MirLes)

Sunset from Wairinding (Foto diambil dari instagram Mira Lesmana @MirLes)

Jaraknya sekitar 30an km dari pusat kota, atau dapat ditempuh setengah jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan. Buat yang belum tau tempatnya, beruntunglah kalian, membaca blog ini. Kalo datang dari arah barat (misalnya penerbangannya turun di bandara Tambolaka), lurus aja terus menuju kota waingapu, nah setelah ketemu Pasar Pajolang a.k.a pasar sorong (pasar yang setiap kendaraan muncul selalu dikeributin sama penjual yang nawarin jualannya seperti telur rebus, kacang, jagung, sirih pinang, dll itu artinya kalian udah dekat. 10 menitan lagi bakal sampai di tempat tujuan. Nanti pas ada belokan ketemu rumah tembok warna biru di kiri jalan. Butuh waktu sekitar 4 jam dari Waitabula menuju Wairinding. Kalo kalian datang dari arah waingapu, lurus aja kearah barat, ketemu patung kuda (nah dari patung kuda itu masih jauh bro), lurus trus, ketemu tower yang tinggi banget,. Lurus aja trus sampai ketemu Bukit Raksasa Tidur di sebelah kanan jalan (yes udah mau sampai tujuan) (nb : kalo di Padang, ada si Malin kundang yang durhaka sama ibunya dikutuk jadi batu. Nah kalo Malin Kundang versi orang Sumba ga dikutuk jadi batu tapi jadi bukit raksasa tidur hahahahah just kidding beroh)

Bukit Raksasa Tidur

Bukit Raksasa Tidur

Lanjut. Nah setelah melewati bukit unik tersebut, nanti para readers bakal ketemu pohon yang gede banget di kiri jalan yang ada danaunya. Nah dari situ lurus terus sampai nemu rumah tembok warna biru di pinggir jalan sebelah kanan sebelum belokan. Sampai deh. Kendaraan kita bisa diparkir di rumah itu, dan bukit kece yang udah terkenal itu terletak di belakang rumah tersebut. Welcome to paradise, buddy.

Happy with Akawa Wairinding

Happy with Akawa Wairinding

Kalo di trip-trip gue yang sebelumnya, tempat yang gue datangin kali ini ga gratis, ada biaya masuk sama parkirnya. Tapi masih standar sih kalo menurut gue, soalnya kebayar sama mahalnya view di bukit tersebut. Harusnya semua tempat wisata di pulau sumba ini ada pengelolanya, sehingga kawasan tersebut tetap terjaga (ga ada yang nyampah sembarangan lagi) dan bisa menguntungkan warga sekitar dan bisa jadi pendapatan buat daerah juga sih. Apalagi alam sumba yang masih alami banget ini kan, bisa jadi magnet tuh buat para pelancong maniak. Contohin aja Bali. Mereka punya pantai, Sumba juga punya. Mereka punya kampung adat, sumba juga. Kebudayaan dan kepercayaan mereka sangat kuat, Sumba juga. Tapi kenapa mereka lebih terkenal, bahkan lebih dari negara kita sendiri di mata dunia? Hmmm mungkin kita bisa bertanya pada rumput savanna yang bergoyang hahahahah. Cuma bisa berharap, semoga calon pemimpin yang baru kali ini, lebih memperhatikan sektor pariwisata di kabupaten ini.
Duh gue ngomong apa sih. Btw, buat anak Waingapu, jangan sebut diri kamu humba kalo ga bisa menjaga kelestarian alam tercinta kita ini. Stop nyampah sembarangan dan ayo ke wairinding (hahahah makin absurd nih gue, ada a*uamor?)

Another colour from Wairinding hills (Foto diambil dari instagram Aris Suhendra @kabutipis)

Another colour from Wairinding hills (Foto diambil dari instagram Mas Aris  @kabutipis)

Ga cuma power rangers doang ternyata yang bisa berubah, Bukit Wairinding juga bisa hahahah. Yup foto amazing ini gue ambil dari galeri instagramnya mas Aris, traveller keceh yang lagi singgah di Sumba (awal agustus kemarin) dalam program Laku anganya selama 69 hari keliling Indonesia. Nah gimana readers, mau lihat bukit Wairindingnya pas lagi warna apa? Kalo pengen warna hijau kayak lapangan sepakbola, datangnya pas lagi musim-musim hujan (Desember-April), tapi kalo pengen liat bukitnya berwarna coklat kuning keemasan kayak di instagramnya Mas Aris, datanglah pas musim kemarau kayak sekarang ini. Pada ngiler tingkat dewa kan ngeliat bukitnya? Hahahah, makanya ayo nabung mulai sekarang, siapin duit dan tenaga buat menjelajahi alam Sumba 😀
5. AIR TERJUN IWI
Sumba, selain terkenal sebagai negeri 1000 bukit dan padang savanna, Sumba juga diberkahi dengan pesona air terjunnya yang amazing. Bisa dibilang, Sumba ini surganya air terjun. Tebak berapa jumlah air terjun yang ada di Pulau Sandlewood ini? Dari sumber yang gue baca, katanya Sumba Timur punya 39 air terjun (tau dari sini, klik!). Tapi dari cerita teman-teman gue para petualang air terjun dan dari hasil surfing di internet, gue baru nemuin 24 air terjun doang, udah termasuk air terjun di 3 Kabupaten lainnya, ga tau deh sisanya pada ngumpet dimana atau mungkin masih banyak air terjun lainnya yang belum ditemukan.  Dan gue baru kunjungin 2 air terjun doang, sedih kalipun. Bayangin kalo semua air terjun ini dimanfaatkan sebagai potensi wisata di Pulau kita! Bayangin aja, kurang kaya apa kita, Bang?
Tapi daripada membayangkan sesuatu yang agak sulit direalisasikan, mending bayangin yang pasti-pasti aja kayak indahnya air terjun Iwi di Lewa yang gue kunjungin.
Berbeda dengan akses jalan menuju Air Terjun Palindi Tana Bara atau yang ngehits dengan sebutan Air Terjun Gunung Meja, jalan menuju air terjun ini cukup baik. Dengan menempuh waktu sekitar 1 jam dari kota Waingapu, melewati Bukit Wairinding, terus aja sampai ketemu simpang 3 yang menuju ke Kecamatan Tabundung atau ke Pantai Tarimbang. Nah belok ke kiri lurus terus sampai nemu papan iklan / baliho warna pink dipinggir jalan, lalu belok kanan dan lurus terus sampai ketemu Puskesmas Lewa Kombapari.

Papan Iklan di pinggir jalan

Papan Iklan di pinggir jalan

Jalan menuju Puskesmas ini tanah berbatu putih dan setengah aspal. Kalo para readers menaiki motor disarankan untuk menggunakan masker biar ga kenyang debu hahahha. Nah setelah ketemu jembatan Iwi berwarna kuning hitam, langsung aja parkirin kendaraan readers di salah satu rumah warga yang emang udah sering dititipin kendaraan bagi para pengunjung air terjun. Jangan lupa buat bayar parkiran ya, buat motor Rp 3000 dan mobil Rp 5000. Sebenarnya kata temen gue yang kesana bulan Juni lalu, parkirannya masih gratisan sih, tapi semenjak libur Lebaran kemarin, pengunjung yang datang begitu membludak hingga mencapai ratusan orang, jadi diberlakukan tarif parkir.
Oke, dari tempat parkir, kita jalan dikit melalui jalan setapak sekitar 5 menit menuju air terjunnya. Tahukah readers uniknya air terjun Iwi ini? Air terjun ini terdiri dari 4 tingkatan. Tingkatan pertama dan kedua memiliki tinggi sekitar 1 – 1,5m dan arus airnya tidak terlalu deras. Karena itu, tingkatan pertama dan kedua ini cocok buat dijadiin tempat rekreasi sekeluarga, khususnya bagi keluarga yang membawa anak kecil. Selagi diawasi, dijamin keselamatan anaknya aman terkendali.

Main air di Tingkat 2

Main air di Tingkat 2

Tepat di bawah tingkatan kedua, terdapat air terjun tingkat 3. Nah jalan menuju ke tempat ini lumayan curam. Kaki dan tangan kita hanya bertumpu pada tebing kapur dan akar pohon yang ada disekelilingnya. Tingginya kurang lebih 15- 20m, dan arus airnya sangat kencang, lebih kencang daripada tingkatan ke 4. Medan buat turun ke bawah harus melalui turunan terjal kurang lebih 15 m dengan cuma berpegangan dan bertumpu pada tebing kapur dan akar pohon? Hahahha. Kalo ga berani turun, mending cukup nikmatin alam dari tingkatan kedua aja, karena dari tempat ini juga, pemandangannya ga kalah indah kok.

Sit and Think

Just Sit and Think

Kalo readers emang petualang sejati dan suka tantangan, ga lengkap kalo ga sampai turun ke tingkatan ke 4. Yup, perjalanan yang sesungguhnya adalah menuju ke tingkat 4 ini. Tinggi air terjun tingkat 4 ini menurut penglihatan mata gue sekitar 50-100m lah, tapi pastinya berapa juga gue kurang tau. Jadi bisa dibayangin kan gimana lelahnya kaki-kaki kita menuruni curamnya medan iwi dan hanya berpegang pada akar-akar pohon. Pokonya medannya curam bangetlah. Saran gue kalo kesana pake sepatu atau sandal gunung. Atau kalo ga nyaman, dilepas aja alas kakinya (kaki kosong). Jangan pernah pake sandal jepit, sepatu berbie (sepatu teplek), atau jenis alas kaki lainnya selain yang gue saranin di atas, kalo ga pengen perosotan bebas dari atas sampai ke bawah hahahah. Secara, jalannya curam banget dengan kemiringan sekitar 80an derajat. Kalo kaki readers udah mulai gemetaran atau lemes, itu artinya, air terjunnya udah mulai dekat. Semangat nak!

Air Terjun Iwi

Air Terjun Iwi

Taraaarrr ini dia, air terjun Iwi yang lagi ngehits di kalangan anak muda Waingapu. Satu lagi mahakarya Tuhan yang dahsyat kerennya. Emang ya, buat dapetin sesuatu yang indah itu dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Nah, selain puas menatap indahnya air terjun Iwi, selama gue istrahat di tingkatannya yang kedua dan menatap ke sekeliling gue, tiba-tiba gue kebayang kalo air terjun Iwi ini bakal makin kece lagi seandainya dibuat permainan outbond flying fox. Gila pasti keren banget ini. Secara pemandangan dan lokasi outbond nya mendukung banget. Kalo misalnya ada kan, kita jadi ga perlu susah-susah buat turun ke tingkatan 4 nya, tinggal terjun bebas aja pake flying fox dari tingkat 1, iya kan? Buat para pecinta outbond yang udah pernah ke air terjun ini dan istrahat di tingkat 2 nya pasti punya pemikiran yang sama kayak gue kan kalo air terjun ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai sarana outbond khususnya flying fox. Hahahhaha, but it just my opinion.
Buat readers yang pengen menikmati keindahan air Terjun Iwi ada beberapa tips dan saran yang bakal gue bagiin ke kalian.
1. sebelum kesini, harap siap fisik dulu, ya kayak olahraga kecil-kecilan gitu, biar otot kakinya ga langsung kaget pas sampai di medannya
2. jangan lupa makan sebelum kesana, karena tenaga kita bakal terkuras habis menuruni tanah terjal, dan buat foto-foto di air terjunnya (pengalaman nih, temen gue si kaker hampir pingsan dan ga kuat mendaki lagi gara-gara kelaperan belum makan dari pagi, untungnya sempat istrahat lama jadi dia bisa jalan lagi)
3. buat readers yang bakar daging/ikan disana, jangan lupa sebelum meninggalkan air terjunnya, dipastikan segala jenis api (termasuk rokok) sudah dipadamkan, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
4. buat yang bawa snack atau nasi bungkus, plis sampahnya dibawa pulang.
Setelah pulang dari air terjun ini, kalo hari belum gelap, singgahlah sejenak di Bukit Wairinding buat nikmatin indahnya sunset, biar petualangan kalian terasa lengkap.

Okay buddy, itu dia beberapa tempat yang udah gue kunjungi bareng temen-temen SMA gue. Tapi yang gue sedih, pas lagi ngetrip tuh banyak bungkus makanan yang berserakan disana. Buat para readers atau makhluk yang menamakan dirinya traveler atau pecinta alam, tunjukinlah rasa peduli kalian sama alam. Masa kalian udah dikasih alam yang begitu indah, tapi ga ada sedikitpun rasa terimakasihnya sama alam, malah ngotorin alam dengan plastik bekas sisa dari mulut kalian. Lagian bekas sampah kalian kan bisa ditaruh di kantong plastik tempat kalian menaruh snack, di bawa pulang lah atau ga kalo udah nemu tempat sampah baru dibuang. Jangan malah nyampah di alam. Jangan pernah nyebut diri kalian traveler kalo tiap datang ke tempat baru cuma tumpukan sampah yang bisa kalian tinggalkan disana!

 TRUE!

TRUE!

Sebenarnya lewat tulisan gue ini, selain ngajak readers jalan-jalan keliling tempat keceh di Waingapu dan sekitarnya, gue juga pengen ngajak readers semuanya buat lebih peduli sama alam kita. Kalian ga malu apa sama alam, udah dikasih alam yang indah, tapi kalian malah merusaknya dengan membuang sampah sembarangan seenak jidat kalian. Kalian mau, alam sumba yang masih hijau ini beberapa tahun lagi jadi gunungan sampah?
Gue jadi ingat nasehat guru bahasa inggris waktu gue SMP dulu, dia bilang untuk selalu memanfaatkan saku baju atau celana atau tas untuk menaruh sampah kalau belum menemukan tempat sampah untuk dibuang. Kalau semua orang bisa ngelakuin hal ini, gue percaya ga bakal ada lagi sampah-sampah yang berceceran sembarangan.
Remember : NYAMPAH SEMBARANGAN ITU BODOK!
Mungkin terdengar kasar, tapi ya emang bener, cuma orang yang ga punya otak, yang ga tau kalo sampah itu harus dibuang pada tempatnya!
Semoga tulisan ini bikin para readers dimanapun berada, khususnya anak gaul Waingapu dan sekitarnya tertarik untuk menjelajahi dan mengeksplor keindahan Sumba dan tetap menjaga kelestariannya. Jangan cuma uplod fotonya aja, sekali-sekali buatlah tulisan yang informatif dan inspiratif tentang kegiatan Laku Anga yang dilakukan biar gue sama para readers lainnya juga tau dan ikut mengunjungi tempat kece yang kalian datengin. Jangan takut buat menulis, menulis itu mudah kok, gak sesusah yang dibayangkan. Ingat, sharing is caring (SC). Mungkin dengan semakin banyaknya tempat kece yang dieksplor akan membuat banyak orang yang datang ke pulau kita ini sebagai tujuan wisatanya. Nah kalo udah gitu kan, kali aja bisa buka mata batin para pemerintah kita tentang besarnya potensi wisata alam di Sumba yang bisa dikembangkan. Tul gak? Dan buat para penjelajah di luar sana, gimana, makin tertarik ga sama alam dan tempat wisata di tempat gue? Kalo belum puas juga, tunggu aja tempat-tempat indah lainnya di Sumba di Laku Anga edisi berikutnya.
Okey readers, thanks for reading.
Keep Laku anga and please do not litter!
Salam Lestari

Love your Earth and Stop Nyampah!

Love your Earth and Stop Nyampah!

LAKU ANGA BERROOOOH!

Laku anga. Apaan tuh? Sejenis makanan internasional kah?

Hahahha kalau yang baca ini orang Sumba pasti langsung ngerti.

Okeii, laku anga itu kalau bahasa jawa nya mlaku-mlaku. Hahhaha yup bener banget. Jalan-jalan bro.
Nah tulisan gue kali ini bakal ngebahas tentang edisi jalan-jalan di kampung halaman gue, Waingapu.

Sebelum itu, kita kenalan dulu yuk sama kampung halaman gue. Waingapu adalah ibukota dari Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di bagian Selatan Indonesia dan merupakan salah satu dari empat kabupaten yang berada di Pulau Sumba.

Peta Pulau Sumba

Peta Pulau Sumba

Pulau Sumba tampak dari atas pesawat #takenbypanasonic

Pulau Sumba tampak dari atas pesawat #takenbypanasonic

Kota Waingapu tampak dari atas pesawat #takenbypanasonic

Kota Waingapu tampak dari atas pesawat #takenbypanasonic

Mungkin kalau pertama kali mendengar Pulau Sumba, yang terlintas di benak readers adalah Kuda. Yaaa kepopularitas kuda Sumba emang udah terkenal dimana-mana dari jaman purbakala. Makanya tak heran, kalau selama di kuliah di Jogja, gue sering dipanggil kuda sama teman-teman dan sering juga dimintai oleh-oleh kuda kalo lagi balik liburan -_-
Ga cuma kuda yang jadi ikonnya Pulau berjuluk Tanah Marapu ini. Adat istiadatnya yang kental pun juga masih eksis di tengah era globalisasi. Ya walau ga memungkiri bahwa beberapa di antaranya sudah mulai terkikis oleh peradaban.

Tapii tenang aja, kali ini gue ga ngebahas tentang budaya pulau Sumba, tetapi gue pengen nge-share tentang beberapa tempat nongkrong keceh yang ada di Waingapu. Jangan ngebayangin mall, atau café deh kayak yang ada di kota-kota besar. Di Waingapu ga ada yang begituan. Semua lokasi jalan-jalannya masih bernuansa alami broh. Semua tempat laku anga ini, gratis tis tis. Ga dipungut biaya. Keren kan? Langsung aja gue ajak kalian mlaku-mlaku keliling kota Waingapu yang super hot ini bareng teman-teman SMA gueehh.

  1. Taman Kota
    Jaraknya dari rumah gue cuma 5 menit kalo naik motor. Kalo jalan kaki ya 10-15 menit nyampelah. Dekat kan?
    Namanya aja taman kota, bisa kebayang kan isinya kayak apa. Iya bayangin aja banyak pohonnya, adem, bersih, banyak penjual makanan, ada wifi, ada patung khas daerah dan bikin nyaman. Maunya sih taman kota di tempat gue ya kayak gitu. Tapi apadaya, ga semuanya sesuai kayak yang dibayangin.
    Pohon ada, tapi ga banyak. Kalo adem, ya lumayanlah, tapi tetap panas juga. Banyak penjual makanannya, iya ada banyak banget. Mulai dari yang jual es kelapa muda seger sampai jualan jagung bakar ada disini. Kalau wifi ada ga? Jangan harap. Kalau mau internetan mending pake kuota dari smartphone aja sendiri. Patung? Ada dong. Ada sebuah lambaang kota Waingapu yang di bagian atasnya dikelilingi sama maskot perhiasannya orang Sumba (mamuli) dan bagian bawahnya ada patung wanita Sumba yang lagi megang kendi air dan ceritanya airnya itu keluar dari kendi itu dan menuhin kolam yang ada di tengah-tengah taman. Dulu waktu awal adanya tamkot (singkatan dari taman kota) tahun 2009 kalo ga salah, itu airnya masih keluar. Pokonya kerenlah. Kalau sekarang, mana ada yang begituan, kolamnya udah kering dan mungkin juga kalo ada airnya yang keluar cuma dikit banget. Soal kebersihan tamkot ini, gue kasih nilai 5 dari 10 deh. Kenapa cuma 5, ya karena menurut gue yang namanya taman di tengah kota itu, syarat utamanya adalah bersih sehingga para pengunjungnya bisa ngerasa nyaman menghirup udara di taman tersebut. Nah ini yang ada cuma sampah doang dimana-mana, dan kayak ga terawat gitu. Patung yang ada pun dicorat-coret nama orang seenak jidat aja. Prihatin lihatnya. Tapi biar kayak gitu bentukannya, tamkot akan jadi pilihan terbaik saat panasnya Waingapu udah gak bisa ditolerir lagi. Nongkrong sejenak di tempat ini sambil menikmati es kelapa muda segar bersama teman-teman adalah ide bagus. Walaupun pohonnya cuma dikit, tapi anginnya yang sepoi-sepoi itu mampu membunuh rasa bapanas yang mengutuk (bapanas = gerah akut, gerah bangeettt).

    belum sempat ngambil foto disini, jadinya foto ini diambil di google (www.jalanblog.wordpress.com)

    belum sempat ngambil foto disini, jadinya foto ini diambil di google (www.jalanblog.wordpress.com)

Nah tamkot ini sekarang udah dibangun jadi 2 bagian. Tamkot pertama adalah sebelum SPBU Matawai, yang udah gue bahas di atas, dan yang kedua adalah taman setelah SPBU. Ga tau sih kapan taman ini dibangun, yang jelas pas gue pulang kuliah awal Juli 2014 kemarin udah ada taman ini. Dibandingkan tamkot yang sebelumnya, taman ini lebih keliatan terawat. Banyak rumput jepang nya dan bersih. Hanya saja belum banyak pohon dan ga ada yang jualan. Jadi taman ini enaknya dikunjungi pada sore atau malam hari aja. Nah kalo di tamkot yang satu punya patung wanita sumba yang lagi megang kendi, di taman yang satu ini punya 3 patung lumba-lumba yang gede banget. Dan harusnya airnya itu keluar dari mulut lumba-lumba tersebut. Tapi ya entah karena apa, airnya juga sering macet dan ga keluar. Ya begitulah. Tapi kalo kata temen gue, patungnya itu lebih mirip ikan lele dibanding ikan lumba-lumba hahahhah

tamkot di malam hari #takenbyERA

tamkot di malam hari #takenbyERA

Biasanya kalo baru pulang ngegembel dari mana gitu dan malas balik rumah, biasanya bareng teman-teman SMA sering nongski disini. Ya sambil selfie selfie ga jelas gitu.

Ada KITA di bawah patung lele #takenbyERA

Ada KITA di bawah patung lele #takenbyERA

Ya biar sah jadi anak Waingapu, perlu lah sekali-kali nongski disini. Buat yang pengen jalan-jalan ke Sumba, jangan lupa buat datengin Tamkot Waingapu ya. Gue traktir es kelapa muda deh nanti hahahhha.

  1. Patung Kuda

Patung kuda, bentukannya pasti ya patung kuda. Ga cuma patung kuda doang yang ada di Waingapu ini. Ada juga yang namanya Patung Sapi. Tinggal kurang patung Kerbau aja. Jadi sudah 3 patung hewan yang keberadaannya sering dijadikan hewan adat perkawinan dalam budaya Orang Sumba.
Patung kuda ini jaraknya kalo dari rumah gue hampir 8 km. Kalo naik motor paling 10-15 menitlah. Deket kok. Patung kuda ini berisikan ucapan selamat jalan dan selamat datang bagi orang-orang yang akan meninggalkan kota Waingapu maupun yang akan memasuki kota Waingapu. Patung kuda ini juga biasa digunakan sebagai tempat untuk jogging atau lari sore sambil ngeliat sunset.
Cuma yang gue sedih, kenapa patung yang udah bagus-bagus dibuat dengan susah payah itu dan kayaknya temboknya itu barusan di cat, kenapa harus dicorat-coret bertuliskan nama. Macam yang paling hebat sudah di Waingapu sampai namapun di ukir di tembok patung kuda. Ga bisa lihat dikit aja, patung atau tembok bangunan itu bersih dikit. Syukur kalo yang digambar graffiti, mending lah ya, ada nilai seninya. Ini cuma nulis nama, ngotorin tempat aja. Temen gue sampai bilang kayak gini, kalau gue sih ga heran banyak coretan kayak gini di tempat umum, yang gue heran itu kalo ga ada coretannya sama sekali. Saking prihatinnya dia sampai ngomong kayak gitu coba.. hahhaa.

Patung Kuda Matawai Amahu Pada Njara Hamu #takenbyERA

Patung Kuda Matawai Amahu Pada Njara Hamu #takenbyERA

Matawai Amahu Pada Njara Hamu artinya Mata air yang jenih dan padang rumput kuda yang hijau. Istilah ini menggambarkan kondisi Sumba yang sebenarnya. Jadi MAPNH itu udah jadi the quotes of East Sumba. Gitu broh.
Biasanya kalo udah penat banget di rumah, sukanya ngajak teman buat maen kesini atau cuma sekedar foto-foto ga jelas, sekalian cuci mata sih hahahha. Ga jelas lah kayak foto yang satu ini.

Kebersamaan di bawah patung kuda #takenbyERA

Kebersamaan di bawah patung kuda #takenbyERA

Ada juga satu papan bertuliskan ‘Waingapu’ di pinggir jalan. kalo kalian berniat jalan-jalan ke Sumba, jangan lupa mampir di tempat ini ya, biar ada bukti kalo kalian emang lagi di Waingapu. Hahaha

Waingapu, Indah. #takenbyERA

Waingapu, Indah. #takenbyERA

Contohnya aja nih ada artis nyasar ke Patung Kuda, sebut saja mereka F4 nya Sumba. Artis sebeken mereka aja bangga bisa foto di tempat ini. Ya sekalian buat promosiin Patung kuda sih hahahhaha.

Waingapu dan Para Umbu #takenbyERA

Waingapu dan Para Umbu #takenbyERA

Nah tempat favorit gue kalo foto di Patung kuda itu ya penunjuk arah yang ada di tengah jalan. Pokonya menurut gue keren aja, karena kalo foto di situ keliatan jalan lurus membentang luas dan patung kudanyapun ikut keliatan. Suka aja.

next or stop? #takenbyERA

next or stop? #takenbyERA


  1. Landasan

Kenapa namanya landasan? Ya karena dari bukit yang tinggi kayak foto di bawah ini bisa kelihatan landasan bandar udara Umbu Mehang Kunda (nama bandara Sumba Timur). Dan yang uniknya lagi ga cuma landasan bandara doang yang keliatan, ada juga sungai Kambaniru yang mengaliri sawah, pohon-pohon kelapa yang menjulang tinggi, dan ada pulau mini yang ujungnya berbentuk sebuah kapal. Keren kan. Jaraknya kalo naik motor dari rumah gue hampir 10 menitanlah udah nyampe. Tenang aja, di Waingapu ini ga mengenal kata macet kok. So selow wae brohh. Cuma yang bikin ga selow itu panasnya. Ampun dah.

Landasan di sore hari #takenbyERA

Landasan di sore hari #takenbyERA

Selama gue hidup belasan tahun di Sumba, baru beberapa waktu yang lalu gue tahu kalo ada tempat sekeren ini buat ngeliat sunset. Tempat nongkrong bareng teman juga oke.

Landasan persahabatan itu narsis #takenbysamsunggalaxys4

Landasan persahabatan itu narsis #takenbysamsunggalaxys4

Sunsetnya di landasan ini keren bangetlah. Tenggelamnya matahari ke peraduannya menghasilkan sinkronisasi warna yang bikin pecah langit sore Waingapu. Sumpah, oke banget. Bisa ngeliat jingganya langit sore seperti ini nih, emang selalu bikin kita terkagum-kagum sama karya ciptaan Tuhan yang begitu indah di dunia ini.

lakuanga_13

Friendship and Sunset #takenbyERA

Sebagus-bagusnya sunset yang dilihat, akan terasa lebih sempurna kalo ngelihatnya bareng orang yang spesial. Kayak pesan dari foto yang satu ini. Romantis abis ga sih fotonya. Hahahah. Foto beginian nih idenya teman gue yang ada di foto ini, dia mendadak dapat inspirasi waktu ngeliat sunset. Dan ini foto siluet gue yang pertama, dan menurut gue lumayan berhasil.

See the awesome sunset, with you #takenbyERA

See the awesome sunset, with you #takenbyERA


  1. Dermaga Lama

Dari landasan bandara, kita lanjut ke tempat berlabuhnya kapal. Kalau ada dermaga lama, pastinya ada juga dong dermaga baru. Yup dinamain dermaga lama, karena emang dulu pelabuhan kapal yang digunakan masih di dermaga ini. Tapi sekarang udah dipindahin ke dermaga baru. Jadinya dermaga lama ini cuma buat kapal-kapal kecil doang sih. Dan juga udah beralih fungsi dari pelabuhan menjadi tempat nongkrong yang seru bareng – bareng. Secara tempatnya ini juga dijadiin warung makan special ikan bakar. Makan ikan sambil ngeliat lautan luas bareng teman, pacar atau keluarga. Waahhh seruuuu broh.

Cahaya di ufuk timur #takenbyERA

Cahaya di ufuk timur #takenbyERA

Di Waingapu ini emang banyak tempat buat ngeliat sunset. Ga usah pergi jauh, jauh pun dari rumah aja bisa keliatan sunsetnya. Nah ini gue kasih lagi satu foto dari dermaga setelah sunset. Masih tetap okelah langitnya itu loh. Pecah abis.

What a beautiful sky #takenbyERA


  1. Pemandian Mbatakapidu

Kalo lagi panas-panas gini emang paling enak kalo pergi ke pemandian. Salah satu pemandian yang cukup terkenal di Waingapu ini adalah Mbatakapidu. Saking terkenalnya sampai dipake syuting film Pendekar Tongkat Emas yang rencananya bakal dirilis pada 18 Desember 2014. Itu loh film garapannya Mira Lesmana yang pemainnya ada si Rangga AADC, eh maksudnya si Abang ganteng Nicolas Saputra. Lokasinya berjarak kurang lebih 15 km lah dari rumah gue, atau dapat ditempuh sekitar 15-20 menit dengan motor. Karena letaknya ada dibalik bukit dan dibalik bukit lagi, jangan harap ada sinyal yang bisa sampai kesana. Jadi kalau mau update via 4square atau path mending sebelum ke sana atau ga setelah dari sana. Hahahhah. Rempong juga ya kalo pengen eksis itu.

I called this heaven #takenbyERA

I called this heaven #takenbyERA

Emang adem sih tempatnya ini. Sejuk sekaligus seger. Enaklah buat melepas penat kalo lagi stress. Kalau menurut gue, tempat ini memang sempurna buat lokasi pengambilan gambar. Berasa kayak di hutan mana gitu. Padahal ini ga di hutan loh. Mumpung lagi di lokasi yang unik, bolehlah sekalian hunting gambar buat koleksi fotografi gue. Kebetulan punya teman yang emang suka di foto, yowes jadilah dia model sementara gue buat hunting picture. Asik bangetlah gayanya temen gue ini, menikmati banget kayaknya. Hahhaha.

Keep nature and stay beautiful #takenbyERA

Keep nature and stay beautiful #takenbyERA

Nah enaknya pemandian ini ada tempat buat ganti pakaian. Rumah alang yang unik ini sekilas mirip Honai, rumah adat Papua. Nah karena uniknya itu, gue numpang eksis bentar di depan rumah ini. Cheerrrss.

Etnic runaway #takenbysamsunggalaxy

Etnic runaway #takenbysamsunggalaxy

Gue sama teman-teman SMA gue juga ga mau kalah sama Pendekar Tongkat Emas nya Mira Lesmana. Jadi ceritanya kita ke Mbatakapidu ini selain mencari kesegaran alami, reuni kecil-kecilan, juga buat syuting film yang kami produseri sendiri berjudul Pendekar Tongkat Maut atau disingkat Pendekar Tongmut. Kalo di film benerannya, tongkatnya boleh keren gitu, nah tongkat maut ala kami adalah tongsis. Inilah para pemain dan kru Tongmut versi Gembel Ipaduers (gembel Ipaduers = nama sebutan untuk angkatan sekelas waktu di SMA).

Tongmut crew #takenbyERA

Tongmut crew #takenbyERA


  1. Pemandian Kanatang

Pemandian alami seperti Mbatakapidu di Sumba sangatlah banyak. Hanya saja belum terlalu di eksplore atau diketahui banyak orang. Kendalanya cuma satu yaitu akses jalan menuju ke tempat-tempat unik seperti itu sangatlah susah. Nah ini ada satu lagi pemandian alami buat nyegerin raga yang lelah. Namanya pemandian Kanatang. Dibandingin sama yang di Mbatakapidu, akses jalan ke tempat ini sedikit lebih susah. Jalannya ga aspal sepenuhnya. Padang gitu di atas bukit. Tapi masih bisalah dilewati motor. Motornya ini biasanya dititipin ke rumah warga terdekat lalu menuruni bukit terjal untuk bisa sampai ke pemandiannya. Ya butuh perjuangan dikitlah. Jangan yang mulus-mulus terus perjalanannya. Nah jarak ke pemandian ini dari rumah gue kurang lebih 15-20 menit sih. Kalo jalannya mulus bisa cuma 10 menitan doang.

keep green and fresh #takenbyERA

keep green and fresh #takenbyERA

Asli ngeliatinnya aja udah bikin seger, gimana kalau nyebur kesitu. Wuah sensasinya ga kebayanglah. Airnya yang hijau itu emang selalu jadi daya tarik tersendiri buat nyebur. Kalau dibandingin sama yang di Mbatakapidu, menurut gue lebih enakan mandi disini daripada yang disana. Secara airnya lebih dalam dan hampir menyerupai kolam alami. Dalamnya aja mungkin bisa sampai 3m atau lebih. Ga tau juga sih, ga sempat ngukur.
Nah gambar pertama kalo di zoom lagi hasilnya bakal seperti ini.

small waterfall, big fresh #takenbyERA

small waterfall, big fresh #takenbyERA

Have fun #takenbyERA

Have fun #takenbyERA

Ini enak banget buat berendam. Jangan kira itu dangkal ya, sumpah itu dalam banget. Belum lagi arusnya yang deras, berasa lagi terapi punggung alami aja kalo berdiri disitu.
Lihat lah wajah-wajah bahagia kami. Berendam di derasnya air yang mengalir. Ga bisa diungakapin deh gimana rasanya. Kalau udah nyoba sendiri, baru tau gimana rasanya. Yang jelas kalo udah nyoba sekali dijamin ketagihan, kayak gue. Udah alami, nyegerin, gratis pula. Wah surge dunie memang.

Itu kenapa gue bisa berdiri dan airnya keliatan cuma sepinggang, karena di bawahnya ada batu jadi gue bisa nginjek sambil ngeksis ke kamera. Coba kalo ga nginjek batu, udah tenggelam lah gue ini. Secara ga bisa berenang. Hahhaha. Makin lama berendam disitu, makin malas buat beranjak. Jadilah kami berfoto-foto dulu.

salam 2 jari #takenbyERA

salam 2 jari #takenbyERA

Bosan berendam diair deras. Saatnya untuk menguji adrenalin, dengan loncat dari batu loncat ke dalam kolam alami yang dalamnya bahkan3x lipat dari tinggi gue. Kalau tau berenang sih ga masalah, nah ini ga bisa renang sama sekali bah. Justru itu yang bikin gue tertantang buat nyoba loncat. Habis kalo cuma ngeliat teman cowok sama pengunjung yang lain ngelakuin atraksi loncat sana loncat sini, geregetan gimana gitu. Mupeng juga jadinya. Akhirnya setelah ngumpul keberanian dan didukung teman cowok yang udah siap jadi timSAR di air, gue pun meloncat indah ke air. Hasilnya adalah minum air sampai puas hahhaha. Itu pertama kalinya gue ngerasa benar-benar ga ada pijakan sama sekali di bawah kaki gue. Untungnya timSAR yang sudah terlatih ini cekatan. Jadi pengen loncat lagi. Serius.

I’m overboard and I need your love pull me up 
I can’t swim on my own
It’s too much feels like I’m drowning without your love
So throw yourself out to me
My lifesaver

Nah pas di dalam air, tiba-tiba keinget lagunya Justin Bieber sama Jessica Jarrel – Overboard. Kayaknya nih lagu emang soundtrack of this laku anga deh. Pikiran gue langsung kemana-mana gitu bayangin yang jadi lifesaver gue itu si dia. Ga mungkin banget itu dia tiba-tiba muncul di Kanatang wkwkwkwk. Asudahlah. Salah fokus mulu ini -_-

jump to kill your fear! #takenbyERA

jump to kill your fear! #takenbyERA

Habis adegan adrenalin meloncat, untuk menetralisir suasana, ada baiknya kalo gue bernarsis ria bareng anak-anak yang rumahnya dekat pemandian. Fotonya jadi kayak lagi main air bareng si bolang (bocah petuaalang). Wajahnya pada bahagia-bahagia semuanya. Senang deh. Nah buat kalian yang belum pernah kesini, datanglah. Maen-maen air sekalian buat uji adrenalin juga. Di jamin ketagihan. Suerrr.

kita dan tongmut #takenbysamsunggalaxy

kita dan tongmut #takenbysamsunggalaxy


  1. Bendungan Lambanapu

Bendungan lambanapu atau biasa juga disebut bendungan kambaniru ini jaraknya sekitar 20menit lah kalo naik motor dari rumah gue. Pemandangannya yang pedesaan banget bikin kita nyaman ada disini. Banyak banget bukit-bukit kecil yang kalau gue bilang sih bukit teletubies. Masih ingat dong sama tinky winky, dipsy lala, po….

Bendungan Kambaniru #takenbyERA

Bendungan Kambaniru #takenbyERA

Nah buat sampai ke seberang yang ada danau kecilnya, lu harus menyeberangi jembatan kecil penghubung sisi kanan dan kiri bendungan. Kalo lu seorang phobia ketinggian mending ga usah lewat deh. Tapi ya itu, rugi. Tenang aja jembatannya aman terkendali kok. Makanya kalau mau nyebrang ga usah lihat ke bawah, pandangan lurus ke depan lah. Positive thinking aja kayak gue, karena sebenarnya gue juga takut ketinggian, hahaha.

numpang eksis sek #takenbyERA

numpang eksis sek #takenbyERA

Kalau udah berhasil nyebrang, coba deh jalan ke arah kanan. Nanti lo bakal nemuin danau kecil yang begitu tenang dan dilatarbelakangi 3 bukit teletubies yang lucu. Tenang aja, untuk semua keindahan ini harganya masih tetap sama. Gratis. Ga ada duit parkir, ga ada duit masuk. Nikmatilah sepuasnya.

danau bukit teletubies #takenbyERA

danau bukit teletubies #takenbyERA

Itu tadi kalo setelah nyebrang lanjut ke kanan. Nah kalo ke kiri, lo bakal nemuin tangga buat turun ke bawah sampai aliran air yang deras dari bendungan kelihatan.

karena narsis adalah segalanya #takenbyERA

karena narsis adalah segalanya #takenbyERA

Karena sejatinya, yang namanya laku anga itu ga bakal lengkap tanpa kamera, tongsis, dan gaya. Rugi banget kalo ga poto-poto bareng teman di tempat kece kayak beginian yang gratisan. Tapi sebenarnya gue bosen sih datang ke tempat ini. Entah udah berapa kali maen kesini. hahaha
Satu lagi pemandangan alami dari bendungan Lambanapu ini.

Bendungan, Aku Padamu! #takenbyERA

Bendungan, Aku Padamu! #takenbyERA

Nah foto di atas keliatan ada sungai / kali kecil yang tenang gitu kan. Nah gue sama teman-teman gue turun ke bawah hanya untuk foto. Karena kalau dilihat sekilas tempatnya rada mirip Ranu Kumbolo yang di Mahameru itu loh. Iya mirip, tapi kw 20nya. Hahhahah. Tapi ga nyesel lah turun kebawah kalo udah dapat hasil foto yang kayak gini.

Ranu Kumbolo Lamabanapu #takenbyERA

Ranu Kumbolo Lamabanapu #takenbyERA


  1. Pantai Londalima

Ga lengkap rasanya kalau acara laku anga ini ga berkunjung ke pantai. Ini dia salah satu pantai yang terkenal dan jaraknya lumayan dekat dengan perkotaan. Londalima beach. Pantai berpasir putih ini jaraknya sekitar 30 menit kalau dari rumah gue.

humba ailulu #takenbyERA

humba ailulu #takenbyERA

Foto di atas gue suka banget. Di pantai ada anak kecil nunggangin kuda. Humba ailulu (humba ailulu = sumba banget). Ini pantainya lagi surut makanya karang semua keliatannya. Karena jaraknya yang dekat, maka pantai ini adalah pantai yang paling sering dikunjungi oleh orang Waingapu. Ga buat piknik sih, cuma buat dapat angin pantai yang seger doang (secara Waingapu panas gelo) Songong banget ga sih?Biar banyak orang yang ngunjungin, tapi lihat deh foto ini, sejauh mata memandang cuma ada gue dan pasir putih. Serame-ramenya pantai di Sumba, tetap aja terbilang sepi kalau dibandingin dengan pantai Parangtritis (jogja) yang pengunjungnya tumpah ruah di akhir pekan. Kangen ih sama Jogja. Woii jangan salah fokus lagi!

just me #takenbyERA

just me #takenbyERA

Karena ga ada yang menarik di pantai ini, jadinya gue cuma hunting foto aja. Jadi tukang poto teman-teman gue. Ya setidaknya ada bukti sih dari laku anga di pantai ini. Ini nih hasilnya.

Reunian ala Anak Smanzha Lulusan 2009 #takenbyERA

Reunian ala Anak Smanzha Lulusan 2009 #takenbyERA

Gue juga ga mau kalah dong, habis motoin orang, gue juga pengen bereksis ria di pantai ini. Biar sah jadi anak pantai gitu.

I blue You #takenbyERA

I blue You #takenbyERA


  1. Pantai Purukambera

Purukambera. Pantai ini yang selalu bikin gue kangen sama pulau sumba. Asli bagus. Jaraknya dari rumah gue sih cuma sejam. Tapi sejam itu bakal kerasa cepat dengan perjalanan menyenangkan yang diberikan oleh alam Sumba. Setelah melewati pantai Londalima, mata lo bakal dimanjain sama pemandangan laut biru sepanjang perjalanan yang menghantarkan lo sampai ke Pantai Purukambera. Ga cuma laut biru, padang sabana yang terbentang luas di sisi kiri dan kanan jalanpun bakal bikin lo semua mikir kalau Sumba ini emang benar-benar indah.

a way to paradise #takenbyERA

a way to paradise #takenbyERA

Padang sabana yang dilatarbelakangi oleh indahnya laut biru Purukambera. Ga nahan sumpah. Baguuussss bangett. bagusan liat langsung sih.

padang sabana, laut biru, langit biru, sempurna! #takenbyERA

padang sabana, laut biru, langit biru, sempurna! #takenbyERA

Purukambera adalah salah satu pantai yang memiliki keindahan alamnya tersendiri. Pantai pasir putih ini memang selalu ramai dikunjungi pengunjung setiap akhir pekan.

nice picture #takenbyERA

nice picture #takenbyERA

Lihat aja, akhir pekan pun masih terlihat biasa aja di pantai ini. Banyak sih pengunjung, tapi ga sampe tumpeh-tumpeh.

Suasana Purkam waktu lagi weekend #takenbyERA

Suasana Purkam waktu lagi weekend #takenbyERA

Ga cuman buat rekreasi doang, pantai ini juga sering dijadikan tempat kemping dan acara-acara bertemakan alam lainnya karena pesonanya. Saking terkenalnya, di pantai ini sampai dibangun vila buat para pengunjung dan juga ada restonya. Nah yang paling suka hal beginian ini, siapa lagi kalo bukan bule. Dan khusus di villa ini kalau masuk kayaknya dikenai biaya deh. Ya namanya juga villa. Tapi ga usah cemberut gitu, pantai keren yang satu ini lumayan luas kok, jadi kita bisa milih spot kita sendiri di bagian pantai lainnya. Dan itu geratis. Kalau ada yang gratis,ngapain harus cape-cape bayar? tul gak?

Villa Cemara di Purkam (ini foto diambil tahun 2011 waktu lagi dibangun) #takenbysamsung

Villa Cemara di Purkam (ini foto diambil tahun 2011 waktu lagi dibangun) #takenbysamsung

Dan satu lagi keindahan alam yang ga pernah gue dapat di pantai manapun di muka bumi ini adalah sempurnanya sunset di Purukambera ini. Sumpah ini keren banget. Ga pake edit, ga pake tipu. Asli.

sunset perfecto #takenbyERA

sunset perfecto #takenbyERA

Gue ga boong kalo tentang panorama di pantai ini. Gue janji deh kalo siapapun yang nanti maen-maen ke Sumba, gue pasti ajak ke pantai Purukambera ini. Janji.


  1. Air Terjun Gunung Meja

Bosan sama pantai, gue sama teman-teman gue nyari tempat laku anga yang lebih menantang. Dan ketemulah Air terjun Gunung Meja. Dari semua laku anga yang pernah gue lakuin, ini yang paling berat medannya, paling seru, dan paling banyak cerita dan paling jauh dari rumah gue.

Bagian yang dilingkari itu yang namanya Gunung Meja #takenbysamsung

Bagian yang dilingkari itu yang namanya Gunung Meja #takenbysamsung

Namanya itu Gunung Meja mungkin karena bentuk gunungnya yang kayak meja kali ya, gue juga gak tau. nah air terjun yang bakal gue datengin itu berada dibalik gunung tersebut.
Perjalanannya dibagi jadi 2 bagian. Lewat motor dan jalan kaki. Dari kota sampai tempat nitip motor di ladang kurang lebih hampir sejam. Dan jangan membayangkan jalan yang akan dilalui semulus aspal. Buang jauh-jauh pikiran kayak gitu. Memasuki wilayah kanatang bagian utara, kita udah disambut sama jalan berabu  penuh batu kurang lebih ada 1 km. nah masih bersyukur jalannya itu masih dikategorikan bagus. Lanjut ke yang berikutnya. Setelah kenyang abu dan melewati beberap perumahan yang sedang dibangun, perjalanan yang sesungguhnya baru dimulai. Kerikil-kerikil gunung yang tajam menerjang ban motor yang ditumpangi. Terkadang kami harus turun dan mendorong motor karena medan yang ditempuh tidak memungkinkan untuk terus dinaiki. Entah berapa kali sudah kami naik turun dan mendorong motor kami. Dan akhirnya tiba di suatu jalan berbatu yang menurun tajam. Motor kalau bisa digendong, udah digendong kali sama temen gue. Nah baru selesai ngelewatin turunan tajam berbatu, perjalanan kita udah disambut sama tanjakan yang berbatu lagi. dan terpaksa motorpun harus dipapah perlahan. Kirain udah selesai itu perjuangannya. Masih belum. Habis ngelewatin itu kita dapat jalan yang emang agak baguslah dibanding sebelumnya. Berharap jalan bagus ini akan menuntun sampai tempat tujuan. Baru beberapa meter, jalan mulus itu sudah berganti menjadi jalan yang isinya batu gunung semua. Akhirnya setelah menaklukkan jalan berbatu itu, sampai juga di turunan terakhir tempat menyimpan motor. Motor kami cuma disimpan begitu saja di padang terbuka tanpa ada yang ngejagain. Dan sejauh mata memandang hanya ada pohon dan padang sabana, tak tampak satupun rumah disana. Perjalanan dengan motor ini memakan waktu kurang lebih 1 jam.
kurang lebih kondisi jalannya kayak di foto inilah.

Ini baru namanya jalan rusak #takenbysamsung

Ini baru namanya jalan rusak #takenbysamsung

Dan tahap berikutnya adalah jalan kaki. Kalau mengutip 5 cm sih katanya mulai sekarang yang dibutuhin adalah kaki yang melangkah lebih jauh. Dan benar saja, kitapun berjalan selama kurang lebih 2 jam untuk bisa sampai ke air terjun yang katanya bagus itu. Nah jalannya ini ga jalan lurus-lurus aja. Ada naik bukit, turun bukit, lewati sungai, masuk hutan, panjat batu gunung yang besar banget, turun lagi. banyak tantangannyalah.

lewati sungai #takenbysamsung

lewati sungai #takenbysamsung

Ngesot ngelewatin pipa-pipa air #takenbysamsung

Ngesot ngelewatin pipa-pipa air #takenbysamsung

naik-turun bukit #takenbysamsung

naik-turun bukit #takenbysamsung

Lewati batu gunung #takenbysamsung

Lewati batu gunung #takenbysamsung

tolong-menolong #takenbysamsung

tolong-menolong #takenbysamsung

Jadi ingat soundtrack kartun Ninja Hattori. Pas deh sama kisah gue ke air terjun ini.

mendaki gunung lewati lembah
sungai mengalir indah ke samudera
bersama teman bertualang

Tapi setelah melewati semua perjalanan itu, akhirnya sampai juga di tempat tujuan.

Gunung Meja Waterfall #takenbyERA

Gunung Meja Waterfall #takenbyERA

Pas ngeliat birunya air di tempat ini, rasanya semua capek dan rasa lelah itu terhapus. Ini tempatnya oke banget. Sumpah.Apalagi yang ditunggu, setelah habis mengisi tenaga, kamipun berfotoria sesukanya. Ow jelas itu, mengingat betapa susahnya kami untuk bisa sampai ke tempat ini.

6 petualang tangguh #takenbyERA

6 petualang tangguh #takenbyERA

Kami juga ketemu adek tingkat sispala Smanzha yang juga lagi punya kegiatan laku anga di tempat ini. Jadilah kami berfoto bareng antara alumni dan siswa. Hahahha.

alumni Smanzha dan sispala smanzha #takenbyERA

alumni Smanzha dan sispala smanzha #takenbyERA

Habis itu kami melanjutkan kenarsisan kami dengan foto-foto dibalik air terjun. Cheersss guysss

di bawah air terjun #takenbyERA

di bawah air terjun #takenbyERA

Dan terakhir, ini adalah pose favorit gue selama laku anga ini. Pose gaya kaka’ kalo habis nyetak gol

I belong to Kaka’ #takenbyERA

I belong to Kaka’ #takenbyERA


Itu dia 10 tempat laku anga yang udah gue dan teman-teman gue jejaki selama mengisi masa keseloan gue di Waingapu. Sayangnya, potensi alam yang indah ini, ga dibarengi dengan sarana prasarana yang memadai. Contohnya aja akses jalan ke tempat-tempat wisata tersebut. Andai aja ibu bapak pemerintah yang terhormat sedikit memperhatikan potensi wisata yang ada di pulau ini, gue yakin 100% deh, Sumba bakal kayak Bali yang terkenal sampai ke luar negeri. Kita udah dikasih alam yang luar biasa indah sama Tuhan, tinggal bagaimana kitanya aja memanfaatkan potensi wisata tersebut di tanah kita sendiri. Kalo bukan kita, siapa lagi? Kalo bukan sekarang, mau tunggu sampe kapan? Sampe kuda sumba bisa terbang gitu? hahahah Setuju ga beroh?

Laku anga ini ga bakal lengkap tanpa kehadiran abang gue si Ericho Armadillo, atau gue lebih suka manggil dia ERA (ERicho Armadillo). Yup dia ini nih yang selalu menemani gue kemanapun pergi. Karena satu jepretan dari mata lensanya itu menyimpan seribu cerita. Masih banyak tempat lagi yang pengen gue taklukin di Sumba ini. masih pengen laku anga lagi. pengen bertualang lagi. pengen menjelajahi satu Sumba ini, bahkan Indonesia. Denganmu, semua terasa indah, ERA. Lebay dikit, bolehlah.

lovyah erichoarmadillo

lovyah erichoarmadillo


Semua keindahan alam Waingapu ini, juga bisa gue nikmatin cuma dari halaman depan rumah gue. Secara khusus, menikmati indahnya laut biru yang membentang luas. Karena rumah gue ada di ketinggian, jadi gue bisa setiap detiknya menikmati indahnya panorama kota Waingapu. Gak cuma dari halaman rumah sih, dari kamar gue ajapun bisa menikmati indahnya lautan biru.

laut dipandang dari jendela kamar gue #takenbyERA

laut dipandang dari jendela kamar gue #takenbyERA

Siang-siang atau sore kalo cuaca lagi panas banget gue tinggal keluar dan duduk di bale-bale (bale-bale = tempat duduk yang dibuat dari bambu, kayak di foto ini) sambil menikmati segelas kopi atau minuman dingin yang ditemani sejuknya angin laut yang berhembus. Apalagi kalau sambil gitaran trus ngebayangin wajahnya, alamak. Ah, sempurna. Sayangnya gue ga bisa maen gitar. Hahhaha. Jadi kalau teman-teman pada sibuk dan ga bisa maen bareng, yowes gue tinggal menikmati pemandangan kota Waingapu sendiri aja. Dari rumah gue.

pemandangan kota Waingapu dari depan rumah #takenbyERA

pemandangan kota Waingapu dari depan rumah #takenbyERA

Buat para readers semua yang penasaran sama apa yang udah gue tulis, mending langsung cus aja deh ke tempat-tempat itu, daripada cuma hangatar (hangatar = bengong) di rumah ga ada kerjaan, ya mending laku anga keliling kota Waingapu tercinta bareng sohib. Biar hidup lo lebih hidup. Dan buat yang ga ada di Sumba, boleh loh Waingapu ini dijadiin waiting list kalian sebagai tempat liburan yang menawarkan sejuta keindahan alamnya. Masih banyak sih tempat wisata yang lebih bagus dan unik dari 10 tempat laku anga yang udah gue certain. Tunggu aja cerita gue selanjutnya. Penasaran? Makanya ayo  LAKU ANGA ke Sumba!

Sekian. Semoga tulisan ini bisa menambah wawasan para readers semuanya.
See ya!
Salam laku anga.